
Gaza – Operasi militer yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza terus berlanjut dengan intensitas tinggi, menyebabkan bertambahnya korban jiwa dari kalangan warga Palestina. Laporan terbaru menyebutkan sedikitnya 33 orang tewas akibat gempuran Israel di berbagai wilayah Gaza, dan yang memilukan, korban meninggal tersebut termasuk anak-anak.
Gempuran terbaru ini terjadi usai Israel mengumumkan perluasan operasi militer di wilayah Gaza. Berbagai area menjadi sasaran serangan, menambah daftar panjang lokasi yang porak-poranda akibat konflik yang berkepanjangan. Laporan mencatat korban tewas akibat serangan terbaru ini, termasuk tujuh orang yang tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di Jabalia, Gaza utara. Rumah sakit Al-Awda di area yang sama juga dilaporkan mengalami kerusakan akibat gempuran Israel.
Korban tewas juga dilaporkan di daerah tengah Al-Zawayda dan di Khan Yunis, di bagian selatan Jalur Gaza. Keberadaan korban di berbagai lokasi ini menunjukkan luasnya cakupan serangan Israel dalam gelombang gempuran terbaru ini.
Jumlah 33 korban tewas yang dilaporkan ini menambah total angka korban jiwa dalam konflik Gaza yang telah mencapai puluhan ribu orang sejak Oktober 2023. Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sendiri terus memburuk drastis. Peningkatan serangan itu dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional atas memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah Palestina akibat blokade bantuan Israel.
Blokade yang diterapkan Israel dilaporkan telah menghambat secara signifikan masuknya pasokan bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan. Kondisi ini menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Gaza, di mana warga menghadapi ancaman kelaparan dan kekurangan pasokan dasar lainnya untuk bertahan hidup. Berbagai lembaga internasional dan negara-negara di dunia telah menyuarakan keprihatinan mendalam atas situasi ini dan mendesak Israel untuk mencabut blokade serta memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Situasi di Gaza saat ini sangat memprihatinkan. Serangan yang terus berlanjut, ditambah dengan blokade bantuan, menciptakan kondisi hidup yang sangat sulit bagi jutaan warga Palestina yang terjebak di wilayah padat penduduk tersebut. Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan dalam konflik ini, menghadapi risiko tinggi menjadi korban serangan, kekurangan gizi, dan dampak psikologis akibat kekerasan yang terus-menerus terjadi.
Berbagai pihak di tingkat internasional terus mengecam tindakan Israel di Gaza dan menyerukan diakhirinya kekerasan serta pentingnya perlindungan terhadap penduduk sipil. Gencatan senjata segera dan permanen dinilai sebagai langkah krusial untuk menghentikan pertumpahan darah dan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan dalam skala besar.
Meskipun Israel menyatakan operasi militernya menargetkan kelompok Hamas, dampak serangan terhadap penduduk sipil dan fasilitas non-militer terus menjadi sorotan dan menuai kritik keras dari komunitas internasional. Rumah sakit dan sekolah, yang seharusnya menjadi tempat aman, dilaporkan turut terdampak oleh gempuran Israel.
Pihak berwenang di Gaza terus mendata jumlah korban dan kerusakan akibat serangan Israel. Data ini menjadi dasar bagi laporan situasi kemanusiaan dan seruan untuk tindakan lebih lanjut dari komunitas internasional. Dunia menyaksikan dengan keprihatinan mendalam penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina di Gaza dan terus berharap adanya solusi damai yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan ini dan membawa keadilan bagi semua pihak.